Copy
View this email in your browser

Fintech Setelah Pandemi

Sabtu kemarin, teman-teman ikatan alumni Sistem Informasi ITS mengadakan webinar membahas adaptasi industri di kondisi COVID-19 seperti saat ini. Beberapa alumni sharing bagaimana kondisi kantor masing-masing, ada yang PNS, Dosen dan Startup unicorn. Aku juga kena giliran untuk sharing bagaimana industri fintech bertahan dan potensinya ke depan.

Pendapatku, naik turunnya potensi industri fintech berkait erat dengan UMKM kita. UMKM adalah konsumen utama bagi fintech karena segmen ini sebelumnya underserved oleh perbankan konvensional.

Di krisis 2008, segmen UMKM kita resilien karena minim pengaruh ekspor-impor dan nilai tukar dolar. Namun di krisis ekonomi pandemi ini, UMKM justru terdampak paling parah karena traffic orang berkurang drastis karena pembatasan interaksi sosial. Sementara kebanyakan UMKM tidak punya dana cadangan untuk menutup arus kas.

Untuk fintech pendanaan, dua tantangan utama yang dihadapi. Pertama, mereka harus melakukan restrukturisasi, relaksasi dan usaha-usaha lain untuk memastikan peminjam mereka tidak gagal bayar. Yang kedua, profil resiko akuisisi peminjam baru menjadi lebih tinggi karena ketidak pastian sektor usaha mana yang akan bertahan saat ini.


Dua hal ini membuat efek yang sangat instan : revenue berkurang dan growth pun harus di perlambat. Jika tidak segera melakukan langkah-langkah strategis, runway terancam habis dengan cepat.

Lalu bagaimana potensi ke depan ? Apakah ada cahaya di ujung terowongan ?

Aku optimis fintech tidak hanya akan bertahan tetapi juga kontributor titik balik UMKM untuk bangkit. Ketika economy mulai recover, fintech yang harusnya lebih agile dari perbankan konvensional, bisa jadi satu-satunya opsi financing untuk usaha kecil. Tidak hanya pendanaan, UMKM mungkin lebih terbuka untuk layanan finansial yang membuat usaha mereka lebih tahan-uji seperti asuransi, tabungan atau investasi.


Pandemi ini juga membuat orang lebih terbuka akan produk digital. Orang tua kita saat ini mungkin sudah terbisa melakukan video call menggunakan Zoom atau belanja sayur lewat Sayurbox. Efek ini juga menurutku bisa mendorong fintech untuk lebih masuk penetrasinya ke UMKM rural yang sebelumnya enggan-teknologi dan tradisional.

Pada akhirnya, layanan finansial di Indonesia potensi pasarnya masih sangat masif. Baru setengah populasi kita yang punya akun bank. Dari total 8ribuan triliun kredit, baru seperempat yang mengalir ke UMKM. Kurang dari sepersen orang Indonesia yang berinvasi di pasar modal.



Ada atau tidak adanya pandemi, tidak mengubah fakta bahwa besar sekali cadangan "emas" di sektor finansial di Indonesia. Bisa jadi, pandemi ini mungkin mendorong sektor ini untuk berevolusi lebih cepat.

But again, thats my opinion. Menurut kamu gimana ? lets discuss. Tinggal bales aja email ini.

Presentasi lengkap sesi efek Pandemi di Fintech bisa di lihat di link blog berikut.

Beberapa referensi tambahan juga aku tulis di blog post tersebut.

Demikian untuk newsletter hari ini. Selamat bekerja besok. Tetap sehat dan stay positive!

 
https://twitter.com/kikiahmadi
LinkedIn
Website
Copyright © 2020 kikiahmadi.com, All rights reserved.


Want to change how you receive these emails?
You can update your preferences or unsubscribe from this list.

Email Marketing Powered by Mailchimp